Maaf
Tapi mungkin kejujuran tidak ada di label seorang Bulan, ya? Aku memendam rasaku selalu jauh di dalam, bahkan ketika rasa itu begitu menggebu ketika bersamamu, Matahari. Ya, kadang Tuhan memang mempermainkan hatiku, tapi selalu aku menjadikannya kembali menjadi milikmu, hanya kamu, Matahari. Aku menjaga jarak dengan semua lelaki. Menjaga pandang, bahkan perkataan. Aku membuang jauh hal-hal yang kadang membuat hatiku bergetar oleh seseorang. Aku ingin hatiku suci hanya untuk kamu, Matahari.
Kali ini aku membuat kesalahan fatal. Aku pikir aku cukup memendamnya. Biasanya aku tak mudah tergetar oleh lelaki mana pun. Semenjak beberapa tahun yang lalu, sebelum kau menggetarkannya, Matahari. Hingga ini sedikit bergetar, tapi hanya getaran kecil. Kupikir cukup menyimpannya, tak kukatakan padamu, hingga getaran perlahan sirna. Memang seperti itu halnya rasa. Muncul pun bukan karena harap kita.
Aku tidak bercakap secara intens dengannya, hanya sesekali. Dan tidak ada lelaki lain lagi, karena memang aku jarang mengobrol apabila tidak ada tujuan dariku. Ternyata sesekali itu kadang begitu menenangkan. Aku tak gegabah, Sayang. Aku memintanya untuk tidak berkirim pesan suara, dengan begitu rasa ini tak semakin tumbuh. Dan ya, rasa ini tak tumbuh lebih jauh lagi selebih rasa asyik karena obrolan, tak lebih.
Kesalahan fatalku di sini adalah kau mengetahui itu. Mungkin kau jadi memandang dari persepsi yang berbeda hingga kesalahpahaman terjadi. Sungguh, aku tak membuka sedikit pun celah hatiku agar dimasuki lelaki lain. Aku menjaga hatiku sepenuhnya kepadamu. Toh aku tahu, getar-getar seperti itu tak kan bertahan lebih dari satu bulan.
Maaf