Jumat, 09 Agustus 2013

Chaos#11 Cerita Kecil di Perantauan

Ada seekor tawon hitam di jendelaku. Berusaha masuk kamarku sedari subuh. Mungkin ia ingin mengucapkan selamat datang untukku, atau malah berusaha mengusikku di tempat baruku, entahlah. Aku takut tersengat, jadi kubiarkan ia keluar dari kamarku. Berhari-hari tawon itu terus berusaha masuk ke kamarku. Baru dua hari berikutnya aku tahu, aku dianggap mengganggu sarangnya yang berada tepat di luar jendela kamarku. Oh, i really sorry...

Setelah hari-hari penuh airmata setelah lenyapnya kau dari hidupku, Matahariku. Dan bahkan aku tidak bisa berpamitan denganmu saat akan berangkat. Benar-benar sebuah keberangkatan yang menghancurkan separuh mentalku dan seluruh perasaanku. Ah, aku harus kuat disini, begitu pikirku. Ya, mungkin bisa kau sebut ini pelarian. Pelarian dari seluruh desakan rasa, himpitan keputusasaan karena kau benar-benar hilang secara tiba-tiba dari hidupku. Tak ada kabar, tak menjawab telepon atau pesanku. Ah, benar-benar pembunuhan karakter yang membuatku mati kutu. Bahkan aku tak nyaman berada di keramaian dan membuatku mengasingkan diri berminggu-minggu.

Dan lalu kau datang lagi Matahariku. Seperti keyakinanku, kau pasti kembali. Menjadi cahaya di sepiku selama jauh disini. Yah, semakin jauh semakin kuat rindu ini padamu. Ratusan kilometer dari tempatmu berada. Di tempat yang bahkan aku tak bisa melihat bintang setiap malam. Di tempat yang penuh kerlip lampu jalanan, tapi berpayung langit kelam. Lalu kita berjanji untuk mengulang semua lagi. Merajut impian kita berdua. Menata sebongkah demi sebongkah pondasi masa depan kita. Ah Matahariku, rindu ini semakin menggebu. Mimpi tentangmu juga tak pernah usai mengusik tidurku. Semoga satu bulan ini berlalu cukup cepat untuk membuat kita berjumpa lagi nanti jika Tuhan mengijinkan. Jaga dirimu, jaga hatimu disana Matahariku.

With love always, Bulan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar