Dua puluh tahun yang lalu. Seorang gadis kecil mungil menangis untuk pertama kalinya. Menyapa dunia tanpa dosa. Dua puluh tahun, ia merangkak, berjalan, berlari, hingga saatnya ia harus dilepas pergi. Dua puluh tahun ia dijaga dan dibimbing agar tetap di zona nyamannya. Dua puluh tahun ia dijauhkan dari segala marabahaya, diberi pagar kasih sayang yang tulus. Dua puluh tahun ia tak pernah benar-benar merasa takut atau khawatir.
Kini, sebuah masa dimana gadis tersebut dilepas di dunia yang sebenarnya. Dunia dimana ia tak kan bisa merengek manja kepada orangtuanya. Dunia dimana ia harus bisa membentengi diri sendiri. Dunia dimana ia harus bertanggung jawab penuh untuknya sendiri.
Sang ayah menangis melepas anak gadisnya. Ia tahu tak selamanya ia menggenggam tangan gadis kecilnya. Gadis kecil itu telah beranjak dewasa. Ia harus melepasnya meski ia tahu dunia akan kejam kepadanya. Bekal sebanyak apapun mungkin tak kan pernah dirasa cukup untuk menghadapi aral hidup ke depannya. Tapi ia harus menikam hatinya demi melihat anak gadisnya belajar mandiri. Gadis kecilnya harus mendayung di samudra masa depan sendirian. Hanya doa yang kini mampu ia panjatkan. Kelak, seorang lelaki akan menggantikan posisinya. Ayah akan merasa sangat khawatir. Bagaimana jika lelaki itu tak cukup baik untuknya? Bagaimana jika lelaki itu tak mampu menjaga hati dan raga gadis kecilnya? Ah, sang Ayah kembali membekukan gejolak hatinya. Ia yakin, ia serahkan semua pada Tuhan. Ia yakin, DIA akan memberi yang terbaik. Sang Ayah telah menjalankan tugasnya untuk menjaga dan merawat titipanNya. Biarlah dalam lelahnya selama ini, ia tersenyum. Gadis kecilnya telah berjanji, ia akan membuatnya bangga kelak....
For My Beloved, Abi
Ayahku yang selalu aku sayang selamanya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar